Minggu, 20 April 2014

MOTIVASI


            Motivasi mreupakan proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Tanpa adanya motivasi maka seseorang kurang bersemangat dalam meraih sesuatu, mereka tidak memiliki arah yang pasti untuk mencapai tujuan mereka, dan mereka cenderung bermalas-malasan.
            Motivasi sangat berperan bagi seseorang. Terkadang kita sebagai manusia yang terlahir secara sempurna tanpa kekurangan sedikitpun, tapi kita lebih lemah dari orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik. Sebenarnya tidak mungkin bagi mereka mencapai hal-hal tersebut, namun dengan motivasiyang mereka miliki semua mejadi kenyataan.
            Ada beberapa perspektif tentang motivasi yaitu:
Perspektif Behavioral
            Perspektif ini menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci utama dalam menentukan motivasi murid. Insentif merupakan kejadian atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Anak-anak akan lebih termotivasi dengan insentif yang diberikan. Apabila murid melakukan kesalahan mereka akan diberikan hukuman. Hukuman yang diberikan akan membuat murid jera dan tidak akan melakukan perbuatan yang tidak diinginkan.
Perspektif Humanistis
            Perspektif ini menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilh nasib mereka, dan kualitas positif. Perspektif humanistik ini berkaitan dengan pandangan abraham maslow.
            Hiraerki kebutuhan adalah konsep Maslow bahwa kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut:
·         Fisiologis: rasa lapar, haus, tidur
·         Keamanan (safety): bertahan hidup, perlindungan dari kejahatan
·         Harga diri: menghargai diri sendiri
·         Aktualisasi diri: realisasi otensi diri
Aktualisasi diri,  kebutuhan tertinggi dan sulit dalam hiraerki Maslow; aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia.
Perspektif Kognitif
      Perspektif ini menjelaskan bahwa murid akan memandu motivasi mereka. Murid dengan sendirinya akan mengeksplorasi diri mereka, kemudian terus berusaha dan memiliki prosedur dalam mencapai tujuan mereka.
      Motivasi kompetensi adalah ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secar efesien.
Perspektif Sosial
      Perspektif menjelasan bahwa seseorang termotivasi karena dorongan yang ada di lingkungan mereka, bagaimana orang-orang yang ada di sekitar membantu memberi dorongan untuk mencapai suatu tujuan.
      Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain.
MOTIVASI UNTUK MERAIH SESUATU
Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Contohnya, seorag anak akan berusaha dengan sangat keras dalam belajar karena Ia ingin mendapatkan juara di kelas, jika mendapat juara maka Ia akan mendapat hadiah dari orang tuanya berupa handphone baru. Dan Ia juaga akan dianggap pintar oleh teman-temannya.
Motivasi Intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri. Contohnya, seorang anak SD belajar matematika dengan sangat giat karena Ia memang benar-benar menyukai pelajaran tersebut bukan karena ingin mendapat hadiah atau pujian.
 Motivasi intrinsik ada dua jenis yaitu: determinasi diri dan pilihan personal, dan pengalaman optimal.
Imbalan Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik
Imbalan ekstrinsik berguna dalam dua hal yaitu:
1.      Sebagai insntif agar mau mengerjakan tugas di mana tujuannya adalah mengontrol perlaku murid.
2.      Mengandung informasi tentang penguasaan keahlian.
Pergeseran Developmental dalam Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik
            Peningkatan motivasi ekstrinsik dan penurunan motivasi intrinsik biasanya terjadi ketika murid akan menghadapi kenaikan kelas. Biasanya antara grade  6-8. Namun, apabila murid termotivasi intrinsik dalam grade ini mereka akan jauh lebih baik dalam prestasi daripada murid yang termotivasi secara ekstrinsik.


Proses Kognitif Lainnya
Atribusi
 Atribusi menyatakan dalam usaha mereka mereka memahami perilaku atau kinerjanya sendiri, orang-orang termotivasi untuk menemukan sebab-sebab yang mendasarinya. Menurut Bernard Weiner ada tiga dimensi atribusi kausal yaitu:
1.      Lokus. Persepsi murid tentang kesuksesan atau kegagalan sebagai akibat dar faktor internal atau eksternal yang memengaruhi harga diri murid.
2.      Stabilitas. Persepsi murid terhadap stabilitas dari suatu sebab yang memengaruhi ekspetasi kesuksesannya.
3.      Daya kontrol. Persepsi murid tentang daya kontrol atas suatu sebab berhubungan dengan sejumlah hasil emosional seperti kemarahan, rasa bersalah rasa kasihan dan malu.
Kombinasi Atribusi Kausal
Alasan Kegagalan Menurut Murid
Internal-Stabil-Tak dapat dikontrol
Kecerdasan rendah
Internal-Stabil-Dapat dikontrol
Tak pernah belajar
Internal-Tak stabil- Tak dapat dikontrol
Sakit saat ujian
Internal-Tak stabil-Tak dapat dikontrol
Tidak belajar untuk mata ujian tertentu
Eksternal-Stabil-Tak dapat dikontrol
Syarat sekolah sangat kaku
Eksternal-Stabil-Dapat dikontrol
Instrukturnya bias
Eksternal-Tak stabil-Tak dapat dikontrol
Tidak beruntung
Eksternal-Tak stabil-Dapat dikontrol
Kawan tak mau membantu

Motivasi untuk Menguasai
·         Orientasi untuk menguasai: Pandangan personal yang melibatkan penguasaan atas tugas, sikap positif dan strategi berorientasi solusi.
·         Orientasi tak berdaya: pandangan personal yang fokus pada ketidakmampuanpersonal, atribusi kesulitan pada kurangnya kemampuan, dan sikap negatif.
Self-Efficacy
            Self-efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hasil positif.
Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah perasaan takut dan kegundahan yang tidak jelas dan tdak menyenangkan.

MOTIVASI, HUBUNGAN DAN KONTEKS SOSIOKULTURAL
·         Motif sosial
Motif sosial adalah kebutuhan dan keinginan yang dikenal melalui pengalamn dengan dunia sosial.
·         Hubungan Sosial
Anak biasanya berinteraksi dengan orang tua, teman sebaya, kawan, guru dan mentor, dan orang lain. Orang-orang yang berada di sekitarnyalah yang akan memberikan motivasi ekstrinsik kepadanya. Hubungan sosial anak dengan orang lain juga mempengaruhi kognitif dan motivasi anak, yang akan menentukan prestasi yang anak capai.
·         Konteks Sosiokultural
            Konteks sosiokultural dilatarbelakangi oleh status sosioekonomi, etnis, dan gender yang kemudian memengaruhi motivasi dan prestasi.
MURID BERPRESTASI RENDAH DAN SULIT DIDEKATI
·         Murid yang Tidak Bersemangat
Murid jenis ini mencakup: murid berprestasi rendah dengan kemampuan rendah yang kesulitan untuk mengikuti pelajaran dan punya ekspektasi prestasi yang rendah, murid dengan sindrom kegagalan, murid yang terobsesi untuk melindungi harga dirinya dengan menghindari kegagalan.
·         Murid yang Tidak Tertarik atau Teralienasi (Terasing)
Brophy percaya bahwa problem motivasi paling sulit adalah murid yang apatis, tidak tertarik belajar, atau menjauhkan diri dari pembelajaran sekolah. Menurut mereka berprestasi adalah hal yang tidak penting. Untuk memperbaiki sikap mereka yang seperti ini, kita sebaiknya melakukan pendekatan personal kepada mereka secara terus-menerus untuk mensosialisasikan kembali sikap mereka agar mereka tertarik untuk belajar dan berprestasi.





           

Selasa, 15 April 2014

Laporan Observasi

Kelompok                   :  4
Ketua Kelompok         : Nanda Lukita Audi (101301105)
Anggota Kelompok     :  Ilmi Khoir Purba (131301003)
                                                  Felix Christian Sianturi (131301111)
                                                  Evelyn (131301135)
                                                  Yunike Mariana (131301137)
      A.    EVALUASI
Observasi dimulai dengan mencari sekolah mana yang akan menjadi objek observasi. Awalnya kelompok kami ingin melakukan observasi di SD Taman Siswa yang berada di Setia Budi, namun pihak sekolah tidak mengizinkan untuk melakukan penelitian. Akhirnya kami mencari sekolah lain yang tidak jauh dari SD tersebut. Sekolah yang menjadi objek observasi kami yaitu Taman Kanak-kanak Khansa Medan.
Ketika sampai di TK tersebut kami disambut dengan hangat oleh Kepala Sekolah dan Guru-guru yang berada di sana. Kami menyampaikan tujuan kami untuk melakukan observasi, dan Ibu Kepala Sekolah menyetujuinya. Dengan syarat membawa surat izin dari fakultas.
Pada tanggal 4 April 2014,  kami melaksanakan observasi. Setiap anggota kelompok telah memiliki tugas masing-masing. Kami melaksanakan observasi sesuai dengan tugas yang diberikan, dan saling membantu jika sesama anggota ada yang kesulitan.
Kami melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah dan para guru untuk mengetahui bagaimana sikap anak-anak sehari-hari, materi pelajaran yang diberikan, jumlah uang sekolah, dan lama waktu belajar.
Observasi dilakukan selama 40 menit, dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai pukul 08.40 WIB. Observasi yang dilakukan berjalan dengan lancar dan kami mendapatkan informasi tentang bagaimana proses pembelajaran, sikap anak serta pengaruh lingkungan sekolah terhadap perkembangan kognitif anak.

      B.     PROFIL SEKOLAH
Nama Sekolah                   :   YAYASAN PENDIDIKAN KHANSA MEDAN
Alamat Sekolah                 :    Jl. Setia Budi Pasar I No 60 Tanjung Sari Kec. Medan Selayang
Telepon                             :    061-8214315
Uang Sekolah                    :    TK A dan TK B = Rp.150.000
                                                Playgroup = Rp.180.000
Jumlah Kelas                     :    6
                                               TK A = 2 kelas
                                                TK B = 3 kelas
                                                Playgroup = 1 kelas
  
      C.    LAPORAN OBSERVASI
~ Tanggal Observasi   :    4 April 2014
Waktu                               :    08.00-08.40 WIB
Pembagian Tugas              :    Wawancara            : Nanda Lukita Audi (101301105)
                                                                                Yunike Mariana (131301137)
                                               Notulen                  : Ilmi Khoir Purba (131301003)
                                               Dokumentasi           : Felix christian sianturi (131301111)
                                                                                  Evelyn (131301135)
Narasumber                       :    Zunaidar nasution S.Pd (Kepala Sekolah)
                                               Seluruh Guru TK Khansa
Suasana Observasi            :    Suasana observasi sangat menyenangkan. Observasi dilakukan di dalam dan di luar ruangan. Para guru pengajar sangat ramah dan bersahabat. Mereka banyak memberitahu kami informasi tentang pembelajaran yang dilakukan.
            ~Profil Kelas : Playgroup (1 kelas)
                     
              TK A             (2 kelas)
                       
            TK B             (3 kelas)
Perlengkapan di kelas :
- Whiteboard               - Lemari
- Jam Dinding             - Kipas Angin
- Mainan                      - Tong Sampah
- Meja (4-5 buah)        - Hiasan Dinding
     D.   POIN-POIN LAPORAN HASIL OBSERVASI
1.      Sebelum Masuk Kelas: Murid  berbaris dan senam yang dipimpin oleh beberapa murid yang sudah dilatih dan para guru mengikuti dari belakang murid-murid yang lain.
Selesai senam, guru memilih murid yang melskuksn senam dengan baik, serta diam dan tertib kuntuk pertama masuk kelas.
Murid-murid sudah diajari untuk mandiri dengan cara meletakkan sepatu sendiri di rak sepatu yang sudah disiapkan.
2.      Di kelas: guru berbicara dengan murid-murid secara lugas dan murid mengerti apa yang dikatakan. Murid juga terlihat menghargai guru yang berbicara tetapi ada beberapa murid yang masih kurang konsentrasi dan tertarik melihat sesuatu yang baru dan berdasarkan body language murid-murid tersebut, mereka terlihat semangat dalam mengikuti setiap kegiatan sekolah.
Materi pelajaran setiap hari mencakup:
-          Pembukaan            : Tanya Jawab            
-          Inti                                    : Seni                        Sesuai tema setiap harinya
-          Penutup                 : Menyanyi
3.      Setting ruangan kelas: tata letak barang-barang dan alat-alat belajar tersusun  rapi sehingga kelas terlihat nyaman. Perabotan dan barang-barang di dalam kelas sangat menarik karena berwarna-warni dan terdapat mainan-mainan yang dapat meningkatkan minat murid-murid di setiap kelas.
4.      Setting sekolah secara keseluruhan: Jumlah keseluruhan kelas ada enam yang terdiri dari TK A dua kelas, TK B tiga kelas, dan playgroup satu kelas. Terdapat halaman yang cukup luas untuk murid-murid berbaris atau senam dan terdapat fasilitas berbagai jenis mainan seperti jungkat-jangkit, ayunan, perosotan dan yang lainnya. Murid-murid dapat bermain dalam waktu senggang.

       E.     ANALISIS TEORI BELAJAR
Setelah melakukan observasi di TK Khansa ada banyak informasi yang kami peroleh seperti bagaimana cara para guru mengajar, bagaimana proses belajar berlangsung dan apa saja yang dipelajari oleh anak-anak setiap hari.
Menurut kami para guru yang mengajar di sana memiliki cara mengajar yang efektif. Mereka memiliki Pengetahuan dan Keahlian Profesional. Ini dapat terlihat karena:
·         Mereka menguasai materi pelajaran yang disampaikan
·         Mereka memilki strategi pengajaran yang baik dan mampu menarik perhatian anak-anak untuk melihat dan melakukan himbauan mereka. Contohnya, ketika sampai di TK para anak dengan  gembira bermain degan teman-teman mereka, namun ketika pukul 08.00 WIBmereka disuruh untuk berbaris dan mengikuti senam pagi. Walaupun mereka sedang asyik bermain, para guru memiliki strategi untuk mengajak mereka senam dan meninggalkan permainannya.
·         Para guru memiliki keahlian motivasional. Contohnya, ketika beberapa anak ada yang merasa bosan dan tidak melakukan gerakan senam, para guru dengan semangat mengajak mereka untuk senam kembali.
·         Para guru juga memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Contoh, ketika ada anak yang menangis mereka mampu membujuk anak tersebut.
·          Dari semangat yang terlihat ketika mengajar menunjukkan mereka memiliki komitmen yang tinggi untuk mengajar.
Ada beberapa rangkaian kegitan yang kami observasi di antaranya yaitu:

Senam pagi (Pembelajaran Observasional)
Pembelajaran Observasional juga disebut sebagai imitai atau modelling, adalah pembelajarn yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain.
Ketika melakukan senam, ada beberapa orang anak yang telah mahir berada di depan anak-anak lain yang sedang berbaris. Merekalah yang menjadi model. Anak-anak lain mengikuti gerakan mereka.
Ada beberapa proses yang terjadi ketika modelling, yaitu:
1.      Atensi
Atensi merupakan proses memberikan perhatian pada perilaku yang dilakukan model.
Dalam observasi kami, terlihat bagaimana anak-anak yang masih kecil khusunya yang berada pada tingkat playgroup memperhatikan gerakan yang dilakukan oleh model yang berada di depan.
2.      Retensi
Retensi merupakan proses mengingat apa yang telah diperhatikan melalui tahap atensi. Di sinilah ingatan atau memory berperan.
Setelah anak-anak memerhatikan gerakan, mereka  terlihat seperti berpikir dari raut wajah mereka. Ini menandakan bahwa mereka mulai mengingat gerakan yang telah mereka lihat dan memasukkannya ke dalam memory.
3.      Produksi
Produksi merupakan proses si mana terjadi peniruan atau imitasi. Di tahap ini mereka menggunakan menggunakan memory mereka. Gerakan yang telah mereka ingat, mereka gunakan untuk  malakukan gerakan yang sama.
Anak-anak terlihat mulai melakukan gerakan senam seperti yang dilakukan oleh model (teman mereka). Namun gerakan yang mereka lakukan tidak sebaik gerakan yang model lakukan, ini sebabkan karena keterbatasan dalam kemampuan kinerja motor mereka. Gerakan akan semakin baik jika anak terus melatih gerakan senam.
4.      Motivasi
Motivasi mmerupakan penguatan atau dorongan yang ada untuk melakukan perilaku. Sering kali anak telah memerhatikan, mengingat dan meniru gerakan model namun Ia tidak termotivasi, ini akan menyebabkan mereka kurang bersemangat ntuk meniru model.
Ini tampak ketika guru memberikan senyuman kepada anak yang melakukan gerakan senam dengan baik. Senyuman inilah yang disebut sebagai penguat (reward). Setelah selesai senam kami juga melihat para guru akan memilih anak-anak yang melakukan gerakan senam dengan baik untuk masuk ke kelas terlebih dahulu. Dan anak-anak yang kurang bagus dalam melakukan senam dan anak-anak yang ribut akan masuk lebih lama. Inilah hukuman (punishment) yang mereka terima. Semakin lama mereka tidak bisa tenang maka semakin lama pula mereka masuk kelas. Hukuman ini membuat para murid lebih tertib dan semangat untuk melakukan senam dengan baik di keesokan harinya.
Di TK ini anak-anak juga mulai diajarkan untuk mandiri, sebelum mereka memasuki ruang kelas, mereka membuka sepatu mereka sendiri dan meletakkannnya di rak yang telah tersedia.
Modelling juga  dilakukan ketika anak-anak menari, mereka menari di sebuah ruangan, ada seorang guru yang memandu mereka. Dengan lincah anak-anak melakukan tarian. Tarian dilakukan oleh sesama anak-anak perempuan, dan anak laki-laki bersama anak laki-laki.
Anak-anak perempuan lebih dahulu menari sedangkan anak-anak laki-laki berada di dalam kelas. Sambil menunggu, mereka disuruh untuk mewarnai gambar. Di sini mereka mengeluarkan kreativitas mereka untuk mencocokkan wana dengan gambar yang mereka pilih.
Keteika anak-anak perempuan selesai menari, anak-anak laki-laki yang mendapat giliran, dan anak-anak perempuan kembli ke dalam kelas untuk mewarnai gambar.
            Praktek Sholat Duha (Teori Vygotsky: Scaffolding)
Scaffolding merupakan teori Vygotsky berupa teknik untuk mengubah level bantuan belajar. Bantuan biasanya dilakukan guru atau teman. Guru yang sebelumnya memberi instruksi langsung lama-kelamaan tidak memberikan instruksi lagi, karena para murid telah mengerti membuat kreativitas sendiri, saat kemampuan meningkat maka semakin sedikit bimbingan yang diberikan.
Dalam observasi, kami melihat ketika melakukan sholat duha mereka berbaris di dalam satu ruangan baik anak TK A, TK B, maupun playgroup.
Ada seorang guru yang mamandu di depan kelas, dan guru-guru lainnya berbaur dengan murid untuk mengawasi mereka ketika melakukan sholat. Ada yang berada di belakang, di samping, dan di tengah-tengah anak-anak.
Ketika sholat dimulai guru yang memandu di depan memberi instruksi langsung, dengan membaca niat sholat. Dengan spontan semua anak ikut membaca niat sholat. Dilanjutkan dengan membaca Al-Fatihah, surat pendek, dan yang lainnya.
Ketika melakukan sholat ada beberapa anak yang bermain dengan temannya, dengan lembut guru tersebut menyuruh anak itu melakukan sholat kembali. Namun ada juga anak yang tidak mendengar teguran lembut dari guru, sampai guru tersebut membantu anak untuk melakukan gerakan sholat.
Selesai sholat, guru kembali memberi instruksi dengan mengucapkan dzikir, anak-anak langsung mengikuti berdzikir juga.
Ketika semua murid telah mengucapkan dzikir, lama kelamaan guru berhenti berdzikir dan membiarkan mereka untuk melakukan dzikir sendiri. Namun jika mereka mulai terlihat tidak bersemangat guru kembali ikut berdzikir dan anak-anak semangat kembali.
Konteks Sosial dan Perkembangan Sosioemosional (Teori Rentang Hidup Erikson)
            Menurut Erikson ada delapan tahap perkembangan manusia, anak-anak TK Khansa berada dalam rentang umur 3-5 tahun. Berdasarkan teori Eriksom mereka berada dalam tahap inisiatif vs. rasa bersalah (kanak-kanak awal).
            Dalam tahap ini anak-anak menjadi lebih aktif dan tindakannya memiliki tujuan. Di sini mereka akan mulai bertanggung jawab, untuk memunculkan rasa tanggung jawab membutuhkan inisiatif. Anak akan mengembangkan rasa bersalah apabila mereka tidak bertanggung jawab atau cemas.
            Dalam observasi kami melihat ketika ada anak yang terlambat mereka bersikap diam, menundukkan kepala, merasa malu, dan ragu untuk bergabung senam pagi dengan teman-temannya.
            Anak-anak TK Khansa juga memiliki rasa inisiatif. Tanggung jawab yang mereka menunjukkan inisiatif tersebut. Setelah bertanya pada guru-guru, kami mengetahui bahwa mereka latihan menari karena keesokan harinya mereka akan mengikuti lomba menari.
           
TK Khansa tidak hanya menuntut anak untuk belajar, namun mereka juga memahami bahwa dalam tahap ini anak-anak lebih mengembangkan diri mereka dengan bermain dan berinteraksi dengan teman sebayanya. Para guru tidak pernah memarahi anak jika terkadang mereka bermain atau tidak fokus dalam pembelajran. Pada hari sabtu anak-anak juga diajak untuk menonoton film bersama. Film yang disajikan juga film yang sesuai dengan umur dan perkembangan anak.
Bagi anak-anak yang berada dalam tingkat playgroup juga tidak dibebani dengan pelajaran. Mereka hanya diajarkan bagaimana memegang pensil, menulis. Namun mereka lebih dominan dibebaskan untuk bermain.
        F.     KESIMPULAN
Kesimpulan Kelompok:
·         Pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai metode, dan metode yang digunakan juga harus sesuai dengan jenis pembelajaran yang akan dipelajari.
·          Bagi anak-anak TK, keefektifan dan pengetahuan guru juga sangat dibutuhkan karena pada tahap usia ini, mereka lebih cepat mempelajari sesuatu jika dilihat secara langsung. Kita dapat menggunakan Teori Behaviouris : Modelling dan Vygotsky (Scaffolding).
·          Pembelajaran ini sangat efektif bagi anak-anak yang berada pada tahap inisiatif vs malu dan ragu.
Kesimpulan Pribadi
Anak-anak pada usia taman kanak-kanak terlihat suka belajar ketika pembelajaran diselingi dengan bermain. Mereka akan tertarik untuk belajar apabila guru yang mengajar memahami bagaimana keadaan mereka. Cara mengajar yang efektif sangat diperlukan dalam mengajar anak pada tahap ini.
Anak-anak juga lebih cepat memahami pembelajaran ketika melihat orang lain melakukannya terlebih dahulu, kemudian mereka mengikutinya (pembelajaran observasional: modelling).
Anak-anak juga menerima dapat memahami pembelajran ketika mereka mendapatkan instruksi langsung dari orang lain. Tanpa instruksi mereka tidak mengetahui bagaimana cara melakukan sesuatu.
Mereka berusia 3-5 tahun yang berada pada tahap kanak-kanak awal, inisiatif vs rasa bersalah menurut Erikson.
Dengan melakukan penelitian ini banyak manfaat yang saya peroleh, saya jadi mengetahui bagaimana proses pembelajaran yang efektif bagi anak-anak TK. Bagaimana cara berinteraksi dengan anak-anak, dan dengan orang yang lebih dewasa (guru-guru). Dengan observasi secara berkelompok ini saya juga menjadi lebih dekat dan memahami teman-teman satu kelompok. Bagaimana bekerjasama dalam menyelesaikan satu tugas, dan menyatukan semua inspirasi yang berbeda-beda menjadi satu tujuan.
    
G. DOKUMENTASI