Motivasi mreupakan proses yang
memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Tanpa adanya motivasi maka
seseorang kurang bersemangat dalam meraih sesuatu, mereka tidak memiliki arah
yang pasti untuk mencapai tujuan mereka, dan mereka cenderung bermalas-malasan.
Motivasi
sangat berperan bagi seseorang. Terkadang kita sebagai manusia yang terlahir
secara sempurna tanpa kekurangan sedikitpun, tapi kita lebih lemah dari
orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik. Sebenarnya tidak mungkin bagi
mereka mencapai hal-hal tersebut, namun dengan motivasiyang mereka miliki semua
mejadi kenyataan.
Ada
beberapa perspektif tentang motivasi yaitu:
Perspektif Behavioral
Perspektif
ini menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci utama dalam
menentukan motivasi murid. Insentif
merupakan kejadian atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi
perilaku murid. Anak-anak akan lebih termotivasi dengan insentif yang
diberikan. Apabila murid melakukan kesalahan mereka akan diberikan hukuman.
Hukuman yang diberikan akan membuat murid jera dan tidak akan melakukan
perbuatan yang tidak diinginkan.
Perspektif Humanistis
Perspektif
ini menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan
untuk memilh nasib mereka, dan kualitas positif. Perspektif humanistik ini
berkaitan dengan pandangan abraham maslow.
Hiraerki kebutuhan adalah konsep Maslow
bahwa kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut:
·
Fisiologis: rasa lapar, haus, tidur
·
Keamanan (safety): bertahan hidup, perlindungan dari
kejahatan
·
Harga diri: menghargai diri sendiri
·
Aktualisasi diri: realisasi otensi diri
Aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi
dan sulit dalam hiraerki Maslow; aktualisasi diri adalah motivasi untuk
mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia.
Perspektif Kognitif
Perspektif ini menjelaskan bahwa
murid akan memandu motivasi mereka. Murid dengan sendirinya akan mengeksplorasi
diri mereka, kemudian terus berusaha dan memiliki prosedur dalam mencapai
tujuan mereka.
Motivasi kompetensi adalah
ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif,
menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secar efesien.
Perspektif Sosial
Perspektif menjelasan bahwa seseorang termotivasi karena
dorongan yang ada di lingkungan mereka, bagaimana orang-orang yang ada di
sekitar membantu memberi dorongan untuk mencapai suatu tujuan.
Kebutuhan afiliasi atau
keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain.
MOTIVASI UNTUK MERAIH SESUATU
Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk
mendapatkan sesuatu yang lain. Contohnya, seorag anak akan berusaha dengan
sangat keras dalam belajar karena Ia ingin mendapatkan juara di kelas, jika
mendapat juara maka Ia akan mendapat hadiah dari orang tuanya berupa handphone
baru. Dan Ia juaga akan dianggap pintar oleh teman-temannya.
Motivasi Intrinsik adalah motivasi internal untuk
melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri. Contohnya, seorang anak SD belajar
matematika dengan sangat giat karena Ia memang benar-benar menyukai pelajaran
tersebut bukan karena ingin mendapat hadiah atau pujian.
Motivasi intrinsik ada dua jenis yaitu: determinasi diri dan pilihan personal, dan
pengalaman optimal.
Imbalan Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik
Imbalan ekstrinsik
berguna dalam dua hal yaitu:
1. Sebagai insntif agar mau mengerjakan
tugas di mana tujuannya adalah mengontrol perlaku murid.
2. Mengandung informasi tentang
penguasaan keahlian.
Pergeseran Developmental dalam Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik
Peningkatan
motivasi ekstrinsik dan penurunan motivasi intrinsik biasanya terjadi ketika
murid akan menghadapi kenaikan kelas. Biasanya antara grade 6-8. Namun, apabila murid termotivasi
intrinsik dalam grade ini mereka akan jauh lebih baik dalam prestasi daripada
murid yang termotivasi secara ekstrinsik.
Proses Kognitif Lainnya
Atribusi
Atribusi menyatakan dalam usaha mereka mereka
memahami perilaku atau kinerjanya sendiri, orang-orang termotivasi untuk
menemukan sebab-sebab yang mendasarinya. Menurut Bernard Weiner ada tiga
dimensi atribusi kausal yaitu:
1.
Lokus. Persepsi murid tentang kesuksesan
atau kegagalan sebagai akibat dar faktor internal atau eksternal yang
memengaruhi harga diri murid.
2.
Stabilitas. Persepsi murid terhadap stabilitas
dari suatu sebab yang memengaruhi ekspetasi kesuksesannya.
3.
Daya kontrol. Persepsi murid tentang daya kontrol
atas suatu sebab berhubungan dengan sejumlah hasil emosional seperti kemarahan,
rasa bersalah rasa kasihan dan malu.
Kombinasi Atribusi
Kausal
|
Alasan Kegagalan
Menurut Murid
|
Internal-Stabil-Tak dapat dikontrol
|
Kecerdasan rendah
|
Internal-Stabil-Dapat dikontrol
|
Tak pernah belajar
|
Internal-Tak stabil- Tak dapat
dikontrol
|
Sakit saat ujian
|
Internal-Tak stabil-Tak dapat
dikontrol
|
Tidak belajar untuk mata ujian
tertentu
|
Eksternal-Stabil-Tak dapat
dikontrol
|
Syarat sekolah sangat kaku
|
Eksternal-Stabil-Dapat dikontrol
|
Instrukturnya bias
|
Eksternal-Tak stabil-Tak dapat
dikontrol
|
Tidak beruntung
|
Eksternal-Tak stabil-Dapat
dikontrol
|
Kawan tak mau membantu
|
Motivasi untuk Menguasai
·
Orientasi untuk menguasai: Pandangan personal yang melibatkan
penguasaan atas tugas, sikap positif dan strategi berorientasi solusi.
·
Orientasi tak berdaya: pandangan personal yang fokus pada
ketidakmampuanpersonal, atribusi kesulitan pada kurangnya kemampuan, dan sikap
negatif.
Self-Efficacy
Self-efficacy adalah keyakinan bahwa
seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hasil positif.
Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah perasaan takut dan kegundahan yang tidak jelas dan
tdak menyenangkan.
MOTIVASI, HUBUNGAN DAN KONTEKS SOSIOKULTURAL
·
Motif sosial
Motif sosial adalah kebutuhan dan
keinginan yang dikenal melalui pengalamn dengan dunia sosial.
·
Hubungan Sosial
Anak biasanya
berinteraksi dengan orang tua, teman sebaya, kawan, guru dan mentor, dan orang
lain. Orang-orang yang berada di sekitarnyalah yang akan memberikan motivasi
ekstrinsik kepadanya. Hubungan sosial anak dengan orang lain juga mempengaruhi
kognitif dan motivasi anak, yang akan menentukan prestasi yang anak capai.
·
Konteks Sosiokultural
Konteks
sosiokultural dilatarbelakangi oleh status sosioekonomi, etnis, dan gender yang
kemudian memengaruhi motivasi dan prestasi.
MURID BERPRESTASI RENDAH DAN SULIT DIDEKATI
·
Murid yang Tidak Bersemangat
Murid jenis
ini mencakup: murid berprestasi rendah dengan kemampuan rendah yang kesulitan
untuk mengikuti pelajaran dan punya ekspektasi prestasi yang rendah, murid
dengan sindrom kegagalan, murid yang terobsesi untuk melindungi harga dirinya
dengan menghindari kegagalan.
·
Murid yang Tidak Tertarik atau
Teralienasi (Terasing)
Brophy percaya bahwa
problem motivasi paling sulit adalah murid yang apatis, tidak tertarik belajar,
atau menjauhkan diri dari pembelajaran sekolah. Menurut mereka berprestasi
adalah hal yang tidak penting. Untuk memperbaiki sikap mereka yang seperti ini,
kita sebaiknya melakukan pendekatan personal kepada mereka secara terus-menerus
untuk mensosialisasikan kembali sikap mereka agar mereka tertarik untuk belajar
dan berprestasi.