Rabu, 31 Desember 2014

Analisis Kasus Berdasarkan Teori Martin E.P. Seligman



Kisah Hidup Sukses Nick Vujicic Tanpa Tangan Tanpa Kaki

Terlahir sebagai seorang cacat dengan banyak kekurangan ternyata tidak menghalangi seorang Nick Vujicic untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitarnya. Sempat depresi dan ingin bunuh diri diusia 8 tahun. Namun kemudian dia sadar bahwa hidup harus dia syukuri apapun keadaannya. Akhirnya perlahan namun pasti dia menjadi seorang motivator hebat yang mendunia dan berhasil memotivasi jutaan orang di seluruh dunia untuk terus meraih mimpi.
Nicholas James Vujicic (lahir 4 Desember 1982) adalah seorang pengkhotbah, seorang pembicara motivasi dan Direktur organisasi nirlaba Hidup Tanpa Limbs. Lahir tanpa anggota badan karena gangguan Tetra-amelia langka, Vujicic harus hidup dengan kesulitan dan penderitaan sepanjang masa kecilnya.
Setelah sekolah, Vujicic kuliah di sebuah universitas dan lulus dengan prestasi yang baik. Dari titik ini, ia memulai perjalanan sebagai seorang motivator dan ia mulai banyak dibicarakan di media massa. Saat ini, dia secara teratur memberikan pidato dengan topik, seperti cacat, harapan, dan menemukan arti hidup.
Kehidupan awal

Anak pertama lahir dari sebuah keluarga Serbia , Nick Vujicic lahir di Brisbane, Australia dengan gangguan Tetra-amelia langka: tanpa kaki, hilang kedua lengan di tingkat bahu, dan tak berkaki tapi dengan dua kaki kecil, salah satu yang memiliki dua jari kaki. Awalnya, orangtuanya hancur. Vujicic adalah sehat.
Tumbuh

Hidupnya penuh dengan kesulitan dan kesulitan. Salah satunya yang dilarang oleh hukum negara bagian Victoria dari menghadiri sekolah utama karena cacat fisik, meskipun ia tidak mengalami gangguan mental. Selama sekolahnya, undang-undang tersebut berubah, dan Vujicic adalah salah satu siswa cacat pertama yang akan diintegrasikan ke sekolah mainstream
Ia belajar menulis dengan menggunakan dua jari kaki di kaki kirinya. Dan perangkat khusus yang berada di jempol kaki yang dia gunakan untuk pegangan. Dia juga belajar menggunakan komputer dan mengetik menggunakan “tumit dan kaki” metode (seperti diperlihatkan dalam pidatonya), melemparkan bola tenis, main drum pedal, menyisir rambutnya, sikat gigi, menjawab telepon, mencukur dan mengambil segelas air (juga ditunjukkan dalam pidato).
Epiphany
Ditindas di sekolahnya, Vujicic tumbuh sangat tertekan, dan pada usia 8 tahun, mulai memikirkan bunuh diri. Pada usia 10 tahun, ia mencoba untuk menenggelamkan dirinya, tapi ia tidak melakukannya karena cinta yang kepada orang tuanaya. Setelah memohon pada Tuhan untuk tumbuh dengan lengan dan kaki, Nick akhirnya mulai menyadari bahwa prestasi adalah inspirasi bagi banyak orang, dan mulai bersyukur kepada Tuhan karena telah memberinya hidup.
Sebuah titik balik penting dalam hidupnya adalah ketika ibunya menunjukkan artikel surat kabar tentang seorang pria berhubungan dengan cacat berat. Ini membuatnya untuk menyadari bahwa ia bukan satu-satunya dengan perjuangan besar. Seiring berjalannya waktu Nick mulai menerima keadaannya dan mencapai hal-hal yang lebih besar. Dalam tujuh kelas Nick terpilih kapten dari sekolah dan bekerja dengan dewan mahasiswa di sana pada berbagai acara penggalangan dana bagi badan amal lokal dan kampanye cacat. Ketika ia berumur tujuh belas, ia mulai memberikan ceramah di kelompok doa nya, dan akhirnya mulai organisasi non-profit nya, Life Without Limbs.
Pada tahun 2005 Nick dinominasikan untuk “Muda Australia of the Year” Award.
Karir

Nick lulus dari universitas pada usia 21 dengan dua jurusan Akuntansi dan Keuangan. Ia memulai perjalanannya sebagai seorang motivator dan berfokus pada topik tentang remaja. Dia juga berbicara di sektor korporasi, meskipun tujuannya adalah untuk menjadi seorang pembicara inspirasional internasional, baik di tempat Kristen dan non-Kristen. Ia secara rutin melakukan perjalanan internasional untuk berbicara dengan jemaat-jemaat Kristen, sekolah, dan rapat perusahaan. Dia telah berbicara kepada lebih dari tiga juta orang sejauh ini, di lebih dari 24 negara di lima benua (Afrika, Asia, Australia, Amerika Selatan, dan Amerika Utara).
Vujicic mempromosikan karyanya melalui acara televisi seperti The Oprah Winfrey Show dan juga dengan menulis. Buku pertamanya yang berjudul Hidup Tanpa Batas:. Inspirasi untuk ridiculously Good Life (Random House, 2010)
Sebagian dari DVD motivasinya difilmkan di tahun 2005, menampilkan film dokumenter singkat tentang kehidupan rumah nya, dan bagaimana ia melakukan hal-hal biasa tanpa anggota badan. Bagian kedua dari DVD difilmkan di gereja setempat di Brisbane, dan merupakan salah satu dari pidato pertama motivasi profesional. Sebuah DVD bagi kaum muda adalah berjudul: No Arms, No Legs, No Worry: Pemuda Version pidato motivasi Nya dapat dilihat pada Website Speaker Biro Premiere. Vujicic saat ini tinggal di California.
Dia muncul dalam film pendek “The Circus Butterfly” yang memenangkan Doorpost Film Project’s tahun 2009, dan penghargaan Film Pendek Terbaik di Method Fest Film Festival, di mana Vujicic juga dianugerahi Aktor Terbaik dalam film pendek. Butterfly Circus juga baru saja memenangkan Film Pendek Terbaik di Feel Good Film Festival di Hollywood pada tahun 2010.


Teori Martin E.P. Seligman (Positive Psychology)

Psikologi positif telah maju dalam akhir 1990an oleh seligman selama masa jabatannya sebagai presiden asosiasi psikologis amerika (american psychological association). Psikologi positif menawarkan kebahagiaan, keunggulan, dan pengoptimalan fungsi kemanusiaan.
Psikologi positif seligman telah menerima tanggapan antusias. Seligman menerbitkan sebuah buku untuk masyarakat umum, kebahagiaan yang sah menggunakan positif psikologi baru untuk menyadari potensi anda dalam pemenuhan abadi. Pekerjaan ini mendapatkan pengakuan yang sangat luas dan merupakan topik artikel di berita mingguan, yang menggambarkan psikologi pesitif sebagai “keseluruhan zaman baru dalam penelitian psikologi” ( Cowley,2002,p.46)
Faktor Kepribadian
Penelitian yang  cukup telah dilakukan pada hubungan kepribadian dari pribadi yang bahagia, terutama big five factor. Beberapa penelitian diketahui bahwa orang-orang yang skornya rendah pada neurotism dan tinggi pada extraversion dan hasil yang tinggi pada conscientiousness dari kesejahteraan subjective (DeNeve & Cooper,1998;Hayes&Joseph,2003;Keyes,Shmotkin,&Ryff,2002;Siegler & Brummett,2000)
Sebuah studi terhadap lebih dari 350 orang dewasa usia 44-65 terkait tiga variabel tambahan untuk kepuasan hidup: penerimaan diri, penguasaan lingkungan, dan otonomi. penerimaan diri termasuk membuat evaluasi positif tentang diri sendiri dan kehidupan seseorang. penguasaan lingkungan mengacu pada kemampuan untuk secara efektif menangani tantangan dan masalah, otonomi menyiratkan rasa yang kuat penentuan  dari nasib sendiri(Schmutte & Ryff,1997).
Para peneliti kemudian melakukan Meta-analisis dari 148 penelitian yang melibatkan lebih dari 42.000 peserta penelitian yang diuraikan ke dalam enam variabel yang terkait dengan kepribadian bahagia, beberapa di antaranya kita bahas sebelumnya (DeNeve & Cooper,1998).
1.      Repressive-defensiveness
Informasi bawah sadar dalam menghindari ancaman yang mengakibatkan menyangkal pengalaman negatif dan emosi hubungan negatif dengan pengalaman mereka; skor seseorang yang lebih rendah pada faktor ini, semakin tinggi kesejahteraan subjektif mereka.
2.      Trust
Atribusi seseorang membuat pandangan motive tentang orang lain,orang yang mendapat skor tinggi pada kepercayaan cenderung membuat atribusi optimis dan mendapatkan kepuasan hidup yang lebih besar.
3.      Internal locus of control and desire for control
Keyakinan dan keinginan untuk kontrol atas kehidupan seseorang, skor seseorang tinggi pada faktor-faktor ini, disana semakin tinggi subyektif kesejahteraan
4.      Hardiness
Kecenderungan untuk meminimalkan efek dari peristiwa stres dari  adaptasi dengan dan mengevaluasi mereka dalam hal optimis.
5.      Emotional stability and positive affect
Bebas dari neurosis dan suasana hati negatif, perasaan, dan emosi, kondisi ini berkorelasi positif dengan kesejahteraan subjektif
6.      Self-esteem
Orang-orang yang merasa nyaman dengan dirinya memiliki skor tinggi dalam kesejahteraan subjektif.
Daftar Pustaka
Schultz,Duane & Schultz, Sydney Ellen. 1994. Theories of Personality. California Wadsworth, Inc.

Pembahasan Kasus Menurut Positive Psychology (Seligman)
            Psikologi positif menekankan pada kebahagiaan, keunggulan, dan pengoptimalan fungsi kemanusiaan. Setiap manusia berhak untuk mendapatkan kebahagian dalam kehidupannya. Dalam kehidupan mereka juga memiliki keunggulan dalam dirinya. Untuk mendapatkan kebahagiaan dan mampu memiliki keunggulan, setiap individu harus mampu mengoptimalkan fungsi kemanusiaannya.
Di dunia ini tidak semua orang terlahir dengan sempurna. Sebagian manusia ada yang memiliki kekurangan. Baik kekurangan material, bahkan kekurangan fisik. Mereka yang memiliki kekurangan, jika tidak mampu untuk menyadari bahwa diri mereka berharga dan mampu melakukan apa yang orang lain sebagian dari mereka ada yang merasa depresi, tidak berdaya, bahkan mereka memilih unutk mengakhiri hidup. Namun, mereka yang mampu menyadari bahwa diri mereka adalah invidu yang berharga dan merasa bahwa mereka sama dengan individu lain, mereka mampu menjalani kehidupan seperti orang-orang norma. Sebagian dari mereka ada juga yang melakukan hal yang luar biasa dengan kekurangan yang mereka miliki.
Salah satu individu yang memiliki kekurangan fisik ialah Nick Vujicic. Nick Vujicic adalah seseorang yang terlahir dengan gangguan Tetra-amelia langka: tanpa kaki, hilang kedua lengan di tingkat bahu, dan tak berkaki tapi dengan dua kaki kecil, salah satu yang memiliki dua jari kaki. Awalnya Vujicic tidak menerima dirinya, bahkan ia pernah mencoba untuk bunuh diri. Namun lama kelamaan ia menyadari dan menerima kekurangannya.
Dari kisah di atas telah dijelaskan bahwa Vujicic akhirnya bisa bersekolah, kuliah dan akhirnya menjadi motivator yang terkenal. Vujicic akhirnya memperoleh kebahagian dengan menerima kekurangannya, ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Seligman bahwa setiap individu berhak memperoleh kebahagiaan.
Keberhasilan Vujicic menjadi seorang motivator hebat yang mendunia dan berhasil memotivasi jutaan orang di seluruh dunia untuk terus meraih mimpi membuktikan bahwa ia memiliki keunggulan. Ini sesuai dengan teori positif psikologi Seligman yang menyatakan bahwa setiap individu memiliki keunggulan dalam dirinya. Walaupun Vujicic memiliki kekurangan, namun ia mampu untuk memiliki keunggulan. Tidak semua orang mampu memiliki keunggulan dalam bidang tertentu, apalagi dengan kekurangan fisik. Namun, kekurangan yang dimilki Vujicic dijadikan sebagai motivasinya untuk mendorong dan member semangat kepada orang-orang cacat lain agar mampu untuk menjalani kehidupan dengan baik layaknya orang-orang normal.
Karena Vujicic memiliki gangguan Tetra-amelia, Ia belajar menulis dengan menggunakan dua jari kaki di kaki kirinya. Dan perangkat khusus yang berada di jempol kaki yang dia gunakan untuk pegangan. Dia juga belajar menggunakan komputer dan mengetik menggunakan “tumit dan kaki”, melemparkan bola tenis, main drum, menyisir rambutnya, sikat gigi, menjawab telepon, mencukur dan mengambil segelas air. Ia mampu menggunakan organ tubuhnya yang tidak sempurna untuk melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh orang normal. Walaupun hal tersebut sulit, namun dengan usaha dan keinginan yang begitu kuat akhirnya ia mampu melakukannya. Hal yang dilakukan Vujicic berikut sesuai dengan teori yang dikemukakan Seligman yang menyatakan bahwa setiap individu mampu untuk mengoptimalkan fungsi kemanusiaannya. Kekurangan yang dimiliki tidak menjadi halangan, bahkan dengan kekurangan tersebut ia masih mampu mengoptimalkan fungsi organ yang dimilkinya.
Dengan semua kekurangan yang dimiliki, Vujicic mampu untuk mengoptimalkan fungsi kemanusiaanya, mampu memilki keunggulan, serta mampu menciptakan kebahagiaan untuk dirinya serta orang lain yang memiliki kekurangan. Ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki sisi positif dan berhak untuk memperoleh kebahagiaan.

Minggu, 07 Desember 2014

EVALUASI PERFORMA KREATIVITAS



EVALUASI PERFORMA KREATIVITAS
KELOMPOK 3
“MINIATUR RUMAH COKLAT”


Anggota Kelompok:
v  Ilmi Khoir Purba (131301003) 13003ikp.blogspot.com
v  Arifa Ulia Bahri (131301053) arifauliabahri.blogspot.com
v  Alifia Ridha Pratiwi (131301063) 13063arp.blogspot.com
v  Dinda Sundari (131301089) 13089ds.blogspot.com
v  Syafira Hairy Sani (131301107) 13107shs.blogspot.com

Mata kuliah kreativitas merupakan mata kuliah penuh tantangan. Suasana kelas dan materi perkuliahan dibuat sedemikian menarik agar esensi kreatif muncul di dalamnya. Hal ini supaya kita senantiasa menggali dan memaksimalkan potensi diri untuk hasil yang baik di kemudian hari. Kita senantiasa dirangsang untuk dapat berpikir dan bertindak secara kreatif dalam berbagai hal, dari yang paling kecil seperti memecahkan masalah sehari-hari sampai kepada munculnya ide-ide kreativitas yang original.
Salah satu tugas yang harus dipenuhi pada mata kuliah kreativitas ini adalah performa kreativitas yang dilakukan secara berkelompok. Kelas dibagi ke dalam sepuluh kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas 4-5 orang. Kemudian masing-masing kelompok diharuskan untuk membuat ide kreativitas yang original, yang nanti akan dipresentasikan di kelas dalam wujud performa kreativitas.
Tugas ini terdiri atas tiga bagian:
1.      Posting tentang performa kreativitas dikaitkan dengan teori kreativitas.
2.      Performa kreativitas dalam bentuk presentasi di depan kelas dengan menampilkan performanya.
3.      Evaluasi performa kreativitas setelah selesai menampilkan performa dan mendapat feedback dari dosen pengampu dan teman-teman audience.


A.           Teori tentang proses kreatif dikaitkan dengan performa yang akan ditampilkan kelompok
·         Teori Wallas
Teori Wallas menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap:
1.      Persiapan, yaitu mempersiapkan diri dalam memecahkan permasalahan yang muncul. Pada tahap ini, berbagai ide atau gagasan muncul dan berbeda-beda setiap individunya. Awalnya, ada dua ide muncul dalam kelompok kami, yaitu membuat video dan menampilkan drama.
2.      Inkubasi, yaitu tahap dimana untuk sementara waktu tidak memikirkan masalah yang muncul. Setelah berhasil menemukan beberapa ide, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak dan membiarkan ide-ide tersebut beku, karena kami juga masih bingung pada saat itu.
3.      Iluminasi, yaitu tahap timbulnya insight atau inspirasi atau gagasan baru. Setelah melewati tahap inkubasi, kami memutuskan untuk berdiskusi lagi karena deadline sudah di depan mata. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk membuat produk dari olahan coklat, yang sebenarnya berbeda jauh dari ide awal kami.
4.      Verifikasi, yaitu tahap evaluasi dimana ide atau gagasan yang ditemukan diuji kerealitasannya. Tahap verifikasi berlangsung tidak lama setelah proses iluminasi, dimana ide atau gagasan yang kami sepakati diperjelas dengan membuat produk olahan coklat yaitu membuat “miniatur rumah coklat”
·         Teori Pemecahan Masalah Menurut Shallcross
Teknik pemecahan masalah secara kreatif yang dikemukakan oleh Shallcross (1985) meliputi lima tahap, yaitu:
1.      Orientasi. Pada tahap ini, masalah dirumuskan atau mulai menentukan tujuan, dalam hal ini adalah karena adanya pemberian tugas dari dosen mata kuliah kreativitas tentang membuat perform dalam kelompok.
2.      Persiapan
Pada tahap persiapan, kami menghimpun semua fakta yang sudah diketahui mengenai masalah dan mulai mengumpulkan data. Karena adanya tugas dari dosen, maka kami mulai mencari ide untuk perform.
3.      Penggagasan
Pada tahap penggagasan, kami mulai menerapkan cara berpikir divergen untuk menghasilkan gagasan sementara pemecahan masalah. Pada tahap ini, mulai memikirkan konsep apa yang ingin dihadirkan dalam perform. Ada tiga ide kami, yaitu membuat video, menampilkan drama, dan membuat produk “miniatur rumah cokelat”.
4.      Penilaian
Pada tahap penilaian, kami menerapkan cara berpikir konvergen, yaitu menyeleksi gagasan yang paling baik untuk dilaksanakan, dengan mempertimbangkan kelayakan dari setiap gagasan, yaitu dengan membuat matriks.
Matriks gagasan dan kriteria penilaian gagasan
Ketentuan penilaian:
5 = baik sekali                         3 = cukup baik                                    1 = sangat kurang
4 = baik                                   2 = kurang baik
IDE
ORIGINALITAS
WAKTU PEMBUATAN x 3
BIAYA
EKSPEKTASI
JUMLAH SKOR
PRODUK RUMAH COKLAT
4
4
3
4
23
BUAT FILM PENDEK
3
2
4
3
16
BUAT DRAMA
2
3
2
4
17
Dari tabel tersebut, didapat hasil skor tertinggi ada pada produk “rumah coklat”
5.      Pelaksanaan atau implementasi
Tahap pelaksanaan atau implementasi merupakan tahap terakhir dalam proses pemecahan masalah secara kreatif, yang nanti akan dilaksanakan setelah UTS.

B.            KONSEP PERFORMA
Pada awalnya kelompok kami tidak mendapatkan ide yang cukup “wow” untuk memenuhi tugas performa ini. Ide dari setiap anggota bermuculan. Kebingungan ini mengarahkan kami kepada proses pemecahan masalah. Melalui tahapan proses pemecahan masalah akhirnya kami menemukan solusi. Berdasarkan keputusan bersama akhirnya kami memutuskan menampilkan performa membuat “miniatur rumah coklat” yang sebelumnya produk tersebut sudah kami buat terlebih dahulu di rumah, kemudian saat presentasi kami menampilkan hasil “miniatur rumah coklat” di depan kelas, diikuti dengan demo singkat, video pembuatan, dan bagi-bagi coklat kepada audience.
Memasuki performa penampilan di depan kelas, perencanaan awal adalah pembagian tugas anggota yang berjumlah lima orang. Salah satu anggota kelompok terlebih dahulu menjelaskan tentang teori 4P dan teori pemecahan masalah Shallcross. Selesai penjelasan, dua di antara anggota yang tersisa kemudian melakukan demo pembuatan produk di depan kelas. Salah satu anggota terlebih dahulu menyiapkan meja dan perlengkapan untuk demo di depan kelas. Sembari demo, diputar juga video pembuatan “miniatur rumah coklat”. Kemudian pada akhir demo, beberapa anggota membagikan hasil produk yang telah jadi kepada audience.

C.           ALAT DAN BAHAN
Bahan:
ü  Coklat batang: dark coklat 1 kg dan lemon coklat 125 gram
ü  Biskuit marie susu 3 bks besar
ü  Cha-cha secukupnya
ü  Air untuk menge-tim coklat
ü  Wafer
ü  Biskuit kopi
Alat :
ü  Heater                                             
ü  Loyang
ü  Pisau
ü  Plastik
ü  Mangkuk aluminium
ü  Karton
ü  Kertas manila
ü  Selotip
D.           CARA PEMBUATAN
1.      Memastikan alat dan bahan sudah lengkap
2.      Memanaskan air dalam heater, sementara air dipanaskan coklat dipotong kecil agar lebih mudah meleleh dan letakkan di wadah aluminium.
3.      Haluskan biskuit sebagai campuran coklat.
4.      Setelah air mulai mendidih buka tutup heater kemudian letakkan wadah berisi potongan coklat diatasnya (di tim)
5.      Aduk coklat agar meleleh dengan sempurna.
6.      Setelah meleleh, campurkan biskuit yang sudah dihaluskan kedalam coklat dan aduk merata.
7.      Tuangkan adonan coklat dan biskuit kedalam loyang dan dibentuk lempengan tipis.
8.      Masukkan loyang kedalam lemari pendingin
9.      Setelah adonan mengeras, keluarkan dari lemari pendingin dan biarkan terbuka beberapa menit agar lebih mudah ketika dipotong.
10.  Potong coklat biskuit sesuai dengan ukuran dan bentuk rumah yang diinginkan seperti dinding dan atap.
11.  Satukan potongan  coklat biskuit pembentuk rumah dengan coklat yang sudah di tim sebagai perekatnya, kemudian tunggu beberapa menit sampai benar-benar rekat.
12.  Setelah tergabung semua, lapisi kembali coklat biskuit yang sudah berbentuk rumah dengan coklat yang sudah di tim.
13.  Kemudian tim coklat lemon sebagai hiasan rumah, atap, dan pintu. Tempelkan juga cha-cha dengan coklat sebagai hiasan rumah.
14.  Setelah semua tergabung, masukkan kembali rumah coklat kedalam lemari pendingin agar pereketnya semakin kokoh.
15.  Siapkan karton yang sudah dilapisi kertas manila sebagai landasan rumah coklat.
16.  Susun roti diatas karton sabagai tanah untuk rumah coklat.
17.  Susun wafer membentuk pagar.
18.  Kemudian Letakkan rumah coklat landasan tersebut

E.            TANTANGAN
Tantangan merupakan bagian-bagian yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan performa produk “miniatur rumah coklat” agar hasilnya maksimal dan sesuai yang di-harapkan. Tantangan dalam membuat produk “miniatur rumah coklat” ini antara lain:
·         Waktu pembuatan
Rumah coklat harus dalam keadaan fresh. Jika dibuat terlalu cepat, kami takut rumah coklat tidak fresh lagi. Jika dibuat dekat-dekat waktu yang ditentukan, kami takut tidak dapat menyelesaikannya dengan maksimal.
·         Tempat Pembuatan
Tempat pembuatan juga menghadirkan dilema. Untuk menentukan di mana kami akan membuat rumah coklat, kami sangat bingung karena empat orang dari kelompok kami merupakan anak kos yang tidak memiliki lemari es, karena dalam membuat “miniatur rumah coklat” memerlukan lemari es sebagai alat pembuatannya. Ada satu orang yang tidak kos namun rumahnya terlalu jauh untuk dijangkau. Kami berpikir untuk membuatnya di kampus, tetapi kampus juga tidak ada lemari es. Oleh karena itu, kami harus meminta bantuan pada seorang teman sekelas kami yang rumahnya cukup dapat dijangkau dari kampus dan memiliki lemari es.
·      Alat dan Bahan
Ada beberapa alat yang ternyata anggota kelompok tidak memilikinya. Sehingga kami berusaha untuk meminjam dari teman-teman sekelas.
·      Proses Pembuatan
Karena hanya salah seorang dari anggota kami yang sudah pernah membuat “miniatur rumah coklat” sebelumnya, maka performa ini menghadirkan tantangan bagi anggota kelompok lain yang belum pernah membuatnya.

F.            Proses yang terjadi selama pembuatan
Setelah ditentukan bahwa performa kelompok kami akan dilakukan pada tanggal 04 desember 2014, seminggu sebelumnya kami telah melakukan diskusi untuk menentukan pada hari apa kami akan membuatnya. Kami harus menyesuaikan waktu pembuatan dengan jadwal kuliah, dan kami juga harus menyesuaikan waktu tersebut dengan waktu mengerjakan tugas-tugas kuliah yang harus dikumpul minggu itu juga. Dan akhirnya kami mendapatkan waktu yang tepat yaitu pada hari selasa tanggal 02 desember 2014. Setelah menetukan hari apa kami akan membuatnya, kami juga harus menentukan pada pukul berapa kami akan mulai membuatnya. Akhirnya kami sepakat bahwa kami akan memulainya pada pukul 09.00 WIB dan berkumpul di kampus pada pukul 07.30 WIB. Pembuatan produk dilakukan di rumah salah seorang teman sekelas kami, bernama Hotma, karena rumahnya cukup dapat dijangkau dari kampus dan memiliki lemari es. Setelah kami berbicara dengannya, akhirnya dia mengizin-kan kami untuk mengerjakan produk kami di rumahnya.
Awal proses pembuatan yaitu memotong balok coklat pada ukuran kecil. Hal ini dilakukan agar coklat lebih cepat dilelehkan (ditim). Pelelehan coklat memerlukan waktu lima belas menit. Selama proses pelelehan coklat, ada anggota yang menghaluskan biskuit dan ada yang memotong-motong coklat. Penghalusan biskuit membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit. Dibutuhkan kesabaran selama proses penghalusan untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Setelah biskuit halus kemudian dicampurkan dalam coklat yang masih ditim sembari diaduk rata. Setelah diaduk rata, maka masukkan ke dalam cetakan. Ratakan adonan sampai seluruh permukaan loyang tertutupi, kemudian masukkan ke dalam lemari es. Dalam meratakan adonan, diperlukan keuletan tangan dan kesabaran, jika tidak permukaan adonan bisa jadi tidak rata. Pendinginan dilakukan agar coklat kembali keras dan dapat dipotong sesuai bentuk yang diharapkan. Proses pendinginan membutuhkan waktu sekitar lima menit.
Setelah dingin, coklat dikeluarkan dari cetakan. Namun coklat tidak dapat langsung dipotong, sebab jika dipotong maka coklat dapat mudah hancur karena masih dalam kondisi sangat padat dan beku. Coklat harus ditunggu sampai sesuai dengan suhu ruangan kemudian dapat dipotong sesuai bentuk yang diharapkan. Pemotongan coklat juga tidak dapat dilakukan dengan mudah. Diperlukan kemampuan motorik halus yang baik agar coklat tidak patah saat dipotong.
Setelah coklat dipotong sesuai bentuk yang diharapkan, kemudian potongan coklat disatukan sesuai pola yang ingin dibuat yaitu balok coklat. Perlu ketelitian agar coklat dapat merekat dengan baik dan tidak ada retak pada coklat untuk menjaga hasil yang diharapkan. Setelah direkatkan dan pola terbentuk, kemudian masukkan kembali ke dalam lemari es agar kondisi bangunan yang terbentuk tetap stabil. Proses ini juga berlaku dalam pembuatan atap maupun gedung atau pola-pola lainnya. Setelah semua bangunan cokelat telah selesai, maka finishing menjadi penutup dalam membuat produk “miniatur rumah coklat”. Di sini kami menggunakan coklat cha-cha dan coklat lemon yang dicairkan untuk menghiasnya. Diperlukan keuletan dalam menghias bangunan coklat ini agar tampak rapi dan indah.

G.           Kendala yang Dihadapi
·         Waktu Pembuatan
Kami telah menentukan bahwa kami akan berkumpul di kampus pada jam 07.30 WIB. Namun beberapa orang ada yang tidak datang tepat waktu karena kendala saat di perjalanan. Kami menunggu teman-teman hingga pukul 08.30 WIB. Satu orang dari anggota memutuskan untuk langsung pergi ke rumah Hotma karena jarak rumahnya cukup dekat.
Kami memperkirakan bahwa kami akan menyelesaikan rumah coklat tersebut sebelum pukul 13.00 (estimasi waktu pengerjaan sekitar 4 jam pembuatan), namun kenyataannya tidak bisa. Padahal kami ada jadwal kuliah pada pukul 13.00 WIB. Setelah berunding kami bersepakat untuk tidak datang kuliah pada hari itu. Kebetulan kami semua belum pernah mengambil jatah absen pada mata kuliah tersebut. Produk akhirnya dapat terselesaikan pada pukul 15.00 dengan waktu pengerjaan sekitar 6 jam (telat 2 jam dari estimasi waktu yang ditentukan)
·         Alat dan Bahan
Sehari sebelum pembuatan kami telah membagi tugas untuk membawa alat yang diperlukan, namun pada hari tersebut kami lupa unutk membawa mangkuk alumunium. Akhirnya kami harus kembali ke salah satu kos teman kami untuk mengambil mangkuk alumunium tersebut.         
Ketika kami tiba di rumah Hotma ternyata salah satu teman kami yang membawa bahan-bahan terlambat datang. Jadi, kami harus menunggunnya sekitar 30 menit. Kami tidak dapat melanjutkan proses pembuatan karena bahan yang dibawanya (biskuit) harus digunakan bersamaan dengan coklat yang telah dilelehkan. Kami juga lupa membeli beberapa bahan seperti white coklat, wafer dan biskuit.
·         Proses Pembuatan
Dalam proses pembuatan kami mengalami banyak kendala, ternyata gambaran yang telah kami buat tidak semudah yang kami bayangkan. Kami memiliki kesulitan saat memotong coklat, karena coklat yang telah didinginkan harus didiamkan di suhu ruangan terlebih dahulu untuk mempermudah proses pemotongan. Kami tidak sabar, dan kami mencoba unutk memotonbg coklat tersebut. Awalnya pemotongan berjalan dengan lanjar, namun pada saat potongan kedua, coklat tersebut retak. Untuk mengatasi keretakan tersebut kami menyambungkan kembali dengan menggunkakan coklat cair. Kami mengalami beberapa kali kegagalan dalam pemotongan coklat tersebut.
Setelah beberapa bagian coklat telah terbentuk kami mulai membentuk coklat tersebut menjadi bentuk kubus. Ini merupakan tahap yang sangat sulit. Untuk menyatukan lempengan coklat tersebut diperlukan kesabaran dan ketelitian yang sangat tinggi. Beberapa kali coklat yang telah kami susun retak dan kami harus menempel coklat tersebut. Setelah beberapa menit membuatnya akhirnya kami menyelesaikan satu bentuk kubus, yang akan kami pasang lempengan coklat yang berbentuk atap. Namun ketika mengangkat coklat yang telah berbentuk kubus tersebut kami kurang hati-hati dan kubus coklat tersebut patah menjadi beberapa bagian. Kami tidak patah semangat. Kami tetap berusaha untuk menyatukan patahan-patahan coklat dengan penuh hati-hati. Dengan usaha, kesabaran dan ketelitian kami mampu memperbaikinya.
·         Performa
Di pagi saat kami akan menampilkan produk, kami juga masih menghadapi kendala. Pada pukul 07.30 anggota kelompok kami belum lengkap dan rumah coklat yang kami buat juga belum ada di kelas. Kami sangat takut, kami pun menelpon teman kami, ternyata Ia masih di jalan.
Beberapa saat kemudian kami menerima kabar dari teman kami bahwa dia lupa untuk membuat alas berupa karton sebagai dasar dari rumah coklat kami. Akhirnya pada pukul 07.50 kami memutuskan untuk membelinya di daerah sekitar kampus. Pada hari itu, hari sedang gerimis yang membuat kami kesulitan untuk mencari toko yang telah buka. Akhirnya kami memperolehnya, kami segera kembali ke kelas.

H.           Kritik dan Saran
Roni Pradana Syahputra
Menurut sdr.Roni rumah coklat yang telah kami buat sudah cukup menarik dan baik, namun penggunaan wafer sebagai pagar terlalu berlebihan karena tanpa pagar yang tersebut rumah coklat kami lebih menarik.
Ibu Filia Dina Anggaraeni
·         Pengaturan waktu saat performa
Menurut Bu Dina kami tidak dapat mengatur waktu ketika melakukan penampilan, ini disebabkan karena kami tidak mempersiapkan segala alat yang dibutuhkan. Ini menyebabkan para audiens menunggu lama untuk menyaksikan penampilan kami. Ini juga disebabkan karena kami melakukan demo bagaimana cara mencairkan coklat dan bagaimana kami menyusun rumah coklat tersebut.
·         Dinamika
Dalam blog yang telah kami posting, kami tidak melampirkan bagaimana dinamika yang terjadi ketika kami membuat produk kami. Seharusnya kami membuat dinamika tersebut, agar ketika membaca konsep performa kami, orang-orang mengetahui hal-hal apa saja yang terjadi ketika proses pembuatan terjadi.
·         Proses Pembuatan
Di dalam blog kami juga tidak melampirkan bagaimana proses pembuatan rumah coklat. Seharusnya kami menuliskan bagaimana cara-cara pembuatan rumah coklat tersebut. Mulai dari alat dan bahan, serta bagaimana proses pembuatannya.

I.              PEMBAGIAN TUGAS
Praproduksi :
·         Pembuatan Konsep
-          Seluruh Anggota kelompok 3
·         Pembelian Bahan
-          Dinda Sundari
-          Syafira Hairy Sani
·         Penyediaan Alat
-          Seluruh anggota kelompok 3
Produksi :
·         Pembuatan Produk
-          Seluruh anggota kelompok 3
·         Dokumentasi
-          Syafira Hairy Sani
-          Arifa Ulia Bahri
-          Dinda Sundari
·         Presentasi Teori
-          Alifia Ridha Pratiwi
·         Demo Pembuatan
-          Ilmi Khoir Purba
-          Arifa Ulia Bahri
-          Syafira Hairy Sani
·         Perlengkapan Demo Pembuatan
-          Dinda Sundari
·         Pembagian Produk
-          Ilmi Khoir Purba
-          Dinda Sundari
Pasca Produksi :
·         Pembuatan Laporan Evaluasi
-          Seluruh anggota kelompok 3
Movie by: Alifia Ridha Pratiwi

J.             TAKSASI DANA
BAHAN
HARGA
Dark chocolate
Rp     45.000
Lemon chocolate
Rp     18.000
Biskuit marie susu
Rp     24.000
Cha-cha
Rp       5.000
Wafer
Rp     12.000
Biskuit kopi
Rp       6.000
Karton
Rp       3.000
Kertas manila
Rp       2.000
selotip
Rp       2.000
Plastik
Rp          500
jumlah
Rp   128.000